Antah berantah
Hari itu seperti biasa. Rei Haruka, siswa kelas 11, sedang mendengarkan musik sambil menatap langit kelabu dari balik jendela kelas. Tapi tiba-tiba—seluruh ruang kelasnya menjadi putih.
Ketika ia membuka mata, ia berada di hutan yang asing, dengan matahari yang tak bergerak di langit. Teman-temannya… tidak ada. Tak ada sistem seperti dalam game. Tak ada notifikasi “Selamat datang di dunia baru.”
Hanya dirinya. Dan tanah ini yang terasa... hidup.
Rei menyadari bahwa dunia ini punya aturan yang sangat berbeda. Tak ada bahasa yang dimengerti, namun ia bisa “merasakan makna” kata-kata. Flora dan fauna terasa terlalu sunyi, dan setiap malam, dunia bergeser: pepohonan berganti warna, tempat berubah bentuk, seakan mimpi buruk yang terus berganti.
Ia bertemu dengan seorang gadis misterius yang tak bisa bicara—hanya disebut sebagai Lyne, seorang "Watcher", makhluk dari dunia ini yang menjaga keseimbangan antara kenyataan dan mimpi.
Rei menemukan artefak yang memproyeksikan bayangan masa depan: dirinya yang berubah menjadi monster. Di dunia ini, manusia dari dunia lain selalu kehilangan akal, perlahan terdegradasi menjadi “Voidwalker”, makhluk tanpa identitas.
Ternyata, satu-satunya cara agar seseorang bisa kembali ke dunia asalnya adalah dengan mengenali dirinya sendiri sepenuhnya—menerima trauma, kesalahan, dan ketakutan terdalam.
Sepanjang perjalanannya, Rei bertemu dengan manusia lain dari dunia lama yang sudah kehilangan jati diri. Mereka menjadi bos dungeon, roh tersesat, atau makhluk menyedihkan yang masih berharap bisa “kembali ke rumah.”
Lyne ternyata adalah mantan manusia juga. Ia gagal dalam perjalanan penemuan jati dirinya, dan memilih menjadi Watcher agar bisa membimbing yang lain.
Dalam klimaks cerita, Rei harus menghadapi dirinya sendiri di ruang yang disebut “Cermin Kosong”, sebuah tempat yang memperlihatkan semua kemungkinan dirinya: penakut, pembunuh, pengecut, pahlawan, bahkan monster.
Ia memilih untuk tidak menolak sisi gelapnya, tetapi menerimanya sebagai bagian dari dirinya.
Rei akhirnya “kembali” ke dunia nyata. Tapi ia sadar bahwa waktu tak pernah berjalan di dunia lamanya—seolah-olah ia hanya tidur satu detik. Tak ada yang berubah.
Namun baginya, semuanya sudah berubah. Ia tak lagi takut menghadapi hidup. Di saku jaketnya, masih ada secarik kain dari Lyne. Tanda bahwa dunia tanpa nama… bukan hanya mimpi.

Posting Komentar